Merdeka.com - Secara bentuk dan visual, bisa jadi kue thok atau kue ku ini banyak yang mengenali. Terlebih setelah memakannya, orang akan familer dengan cita rasa kacang hijau lembut yang menjadi isiannya. Teksturnya yang kenyal, makin menghidupkan memori lama, hingga bisa bikin seseorang bernostalgia.
Paling tidak, sekali dalam hidupnya, sebagian besar orang pernah mencoba atau memakan kue thok. Namun, jika mengulik tentang fakta di baliknya, besar kemungkinan hanya sedikit orang yang tahu. Benar saja, terlepas dari bentuknya yang lucu, ternyata terselip informasi menarik yang melatari hadirnya kue thok.
Lekat dengan Budaya Tionghoa
©Shutterstock.com
Dalam budaya Tionghoa atau di Tiongkok, kue thok atau kue ku kerap disebut sebagai ang ku kueh atau kue kura-kura merah. Hal ini merujuk pada cetakan kue ku yang memang menyerupai cangkang kura-kura. Sementara warna merah, merujuk pada warna kue ku yang identik dengan warna tersebut. Selain itu, kata 'ang' pada ang kue kueh sendiri berarti merah.
Melambangkan Panjang Umur
Menariknya lagi, bentuk cetakan seperti cangkang kura-kura, hingga membuat kue thok disebut sebagai kue kura-kura merah bukan kesengajaan. Lebih dari itu, ada makna tersembunyi di baliknya. Dalam tradisi Tionghoa, khususnya Hokkien, kura-kura kerap dianggap sebagai lambang panjang umur dan kemakmuran.
Sajian Andalan saat Imlek
©Shutterstock.com
Lebih lanjut, kue ku atau kue thok ini juga identik dengan hidangan andalan saat Imlek. Hal ini kembali pada keyakinan jika kue ini dapat membawa panjang umur, lantaran bentuknya serupa kura-kura. Secara usia, kura-kura memang mampu hidup selama 80-100 tahun. Dengan menyajikan kue ku ini saat sembahyang, masyarakat Tionghoa berharap bisa mendapatkan umur panjang sekaligus hidup sehat.
Jadi Makanan Tradisional Indonesia
Seiring berjalannya waktu, kue ku ini pun bisa dijumpai dan dimakan kapan saja. Bahkan kini menjadi jajan pasar yang bisa ditemui di mana-mana, termasuk di acara hajatan macam khitanan, kawinan maupun kenduri.
Adapun sebutan kue thok di Indonesia, khususnya di Jawa, merujuk pada proses pembuatan kue ini. Jajanan tradisional tersebut perlu diketok dengan sangat keras agar keluar dari cetakan. Hal ini karena bahan dasar tepung ketan yang digunakan bertekstur lengket, sehingga perlu agar keras mengeluarkannya dari cetakan. Dari situlah nama kue thok kemudian lahir.
Cara Membuat Kue Thok atau Kue Ku
©Shutterstock.com
Kue thok atau kue ku terbagi dalam dua bagian dalam pembuatannya. Bagian kulit sebagian besar dibuat dari adonan tepung beras ketan dan ubi jalar. Sementara, bagian isi dibuat dari kacang hijau atau kacang tanah, serta gula, yang kemudian dihaluskan bersama. Setelah diuleni, semua bahan dicetak dalam cetakan berbentuk kura-kura tadi. Kue thok atau kue ku kemudian dikukus di atas selembar daun pisang hingga matang.
Itulah beberapa fakta menarik tentang kue thok atau kue ku yang ternyata bukan sekadar kue lucu dengan isian pasta kacang hijau saja. Tanpa harus repot membuatnya sendiri, kue thok ini pun dapat dipesan secara mudah di ManisdanSedap.com. Salah satunya dari seller @summer.kitchenid yang menghadirkan beragam pilihan warna alami kue thok. Misalnya, hijau pandan, kuning dari ubi kuning, ungu dari ubu ungu, hingga pink dari buah naga. Untuk isian, selain kacang hijau, ada kacang tanah, maupun campuran keduanya.
©Manis dan Sedap/summer.kitchenid
Pre-order sekarang lewat ManisdanSedap.com, platform yang merupakan bagian dari KLY (KapanLagi Youniverse) sebagai Digital Media Network yang juga menaungi Liputan6.com, Merdeka.com, KapanLagi.com, Dream.co.id, Brilio.id, Fimela.com, Bola.com, Bola.net, dan Otosia.com.
Selain memudahkan penikmat kuliner menemukan dan memesan pre-order dari seluruh Nusantara, ManisdanSedap.com juga menjadi etalase yang memajang jualan para pemilik UMKM. Dilengkapi fitur tombol langsung ke nomor seller, pembeli dan penjual bebas berinteraksi maupun bertransaksi terpisah dari platform ini.
Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap! [tmi]
Fakta Kue Thok atau Kue Ku, Bukan Sekadar Kue Lucu dengan Isian Kacang Hijau Belaka | merdeka.com - Merdeka.com
Read More
No comments:
Post a Comment