Malam kemaren bermimpi melihat kue pinyaram di atas meja. Warnanya putih dan pinggirnya kecoklatan. Walau hanya dalam mimpi membuatku merindu pinyaram buatan Ibu. Bikinan beliau sungguh enak dan nikmat rasanya. Makan satu pasti ingin nambah lagi. Penganan ini merupakan kesukaan kami sekeluarga. Ibu memasak ketika anak-anaknya pada ngumpul semua.
Rezeki yang tak terduga, mimpi jadi kenyataan. Dapat oleh-oleh dari tetangga, pinyaram gula pasir seperti yang ada dalam mimipiku. Alangkah senangnya hati mendapatkan makanan yang tengah dirindukan. Karena di tempat kami tinggal belum ada yang jual kue pinyaram. Pada umumnya buat sendiri untuk di kosumsi keluarganya.
Namun pinyaram buatan ibu tak ada yang bisa mengalahkan rasanya. Pada hal Ibuku membuatnya dengan bahan yang sangat sederhana. Pakai tepung beras dicampur dengan gula merah, air kelapa tambah vanili. Biarkan satu jam supaya adonannya mengembang. Barulah masuk proses penggorengan. Pada umumnya orang membuat buat dengan gula pasir atau gula aren, santan, dan tepung beras atau beras hitam.
Beragam bentuk ukuran pinyaram ,ada yang kecil, sedang bahkan ada yang sebesar piring. Ukurannya disesuaikan dengan selera dan kesukaan kita masing-masing. Kami adik-beradik suka yang ukuran kecil. Sekali gigit langsung habis. Makannya cepat membuatnya lama. Proses pembuatannya satu-satu memakai waktu cukup lama. Dahulu aku sering menemani ibu membuatnya.
Menolong sambil makan pinyaram yang masih panas. Ketika panas rasanya lebih enak dan empuk . Disitu asiknya membuat pinyaram bisa menikmati langsung. Terkadang malah tak terasa kita sudah makan sampai lima pinyaram.
Tradisi di kampungku setiap ada acara pasti tidak ketinggalan membuat kue pinyaram. Sebagai contoh kegiatan mendoa menjelang puasa, wirid yasin, Maulid Nabi kue pinyaram tidak ketinggalan. Apalagi dimakan bareng-bareng dengan nasi ketan yang diberi parut kelapa agak muda pinyaram rasanya lebih lezat.
Pada pesta pernikahan ada nama kegiatannya yaitu Malam Makan Pinyaram. Pinyaram yang dihidangkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Ada pinyaram gula pasir dan pinyaram gula merah. Kita bisa membedakan dari warna yaitu warna coklat dan putih. Soal rasa dua-duanya enak namun aku lebih suka yang dari gula pasir.
Teringat akan kenangan di waktu sekolah dasar. Ketika bermain ke rumah saudara, ibunya sedang memasak pinyaram. Kami mulailah menggoda saudara dengan mengatakan ada yang mau nikah.
Misalnya kami tengah bermain di rumah Ani maka dialah yang menjadi sasaran gurauan. Kalau Ani sampai menangis dan tidak mau makan pinyaram. Membuat kita tambah senang untuk mencandainya. Begitulah penganan pinyaram di kampungku.
Semoga kue pinyaram senantiasa dilestarikan.
Video Pilihan
Kue Kesukaanku - Kompasiana.com - Kompasiana.com
Read More
No comments:
Post a Comment