Pagi ini saya agak cepat mengantarkan Tino kesekolah nya. Baru saja sampai di sekolah, bocah Lanang itu sudah minta jajan.
"Mau kue!" ujarnya.
"Kue apa?" tanya saya.
Kami berada di depan warung dengan jajanan berjejer. Berbagai macam kue dan mainan serba ada.
"Hmm, gula-gula saja!" Si anak mengambil permen milkita tangkai warna merah. Sambil senyum-senyum melihat kearah saya.
"Tidak boleh! Nanti gigimu sakit!" tolak saya.
Sejenak Tino terdiam, permen yang ada di tangannya diputar-putar. Di samping saya ada temanya bernama Andi, sedang menjilat permen lelitopnya berwarna biru.
"Kenapa sakit?" tanyanya dengan kening berkerut. Lalu dia duduk di bangku warung tersebut. Sepertinya dia memikirkan pembicaraan saya barusan.
"Kalau makan gula-gula, gigimu bisa sakit. Karena gula-gulanya keras dan manis." Saya beralasan, biar dia gak banyak mikir.
"Tapi kan ...." Si Bocah menatap gula-gula di tangannya. "Gula-gulanya cuma saya jilat."
Sungguh di luar dugaan, si bocah memberikan alasan yang membuat saya terdiam.
Anak zaman sekarang pintar menjawab dalam memberikan alasan. Katanya mau membeli kue, ternyata itu hanya pemanis kata. Akhirnya kue berubah menjadi permen
Video Pilihan
Kue Berubah Menjadi Permen - Kompasiana.com - Kompasiana.com
Read More
No comments:
Post a Comment