Kupang – Belasan toples kue kering berderet di atas beberapa meja yang diletakkan di halaman depan rumah yang berlokasi di Jalan W.J Lalamentik Oebobo, Kota Kupang. Tepatnya di sebelah kiri jalan arah Taman Palapa. Sepekan menjelang Natal, para pembeli memenuhi tempat penjualan kue kering dan basah yang sudah menjadi icon masyarakat Kota Kupang.
Di tengah kesibukan para pembeli memilih kue dan suara beberapa penjual menawarkan kue mereka, seorang nenek duduk santai. Sesekali dia mengarahkan cucunya untuk mengambil stok kue yang tersusun rapi di ruangan belakang.
Baca juga: Kisah Mak Ne, Transpuan Rote Bertarung Bebaskan Lembata dari HIV AIDS
Sang nenek yang bernama Yakoba Muloko atau disapa Oma Bulan menyambut dengan ramah jurnalis KatongNTT.com pada Kamis siang, 22 Desember 2023. Nenek berusia 84 tahun ini kemudian menceritakan perjalanan bisnis kue kering dan basah yang bertahan hingga saat ini.
Oma Bulan menuturkan dia memutuskan fokus membuat kue kering dan kue basah setelah sempat menjalani beberapa usaha lain. Dia pertama kali membuka konveksi pakaian. Kemudian beralih ke salon kecantikan yang diklaim pelanggan setianya banyak hingga saat ini.
Oma Bulan sempat merantau ke Surabaya untuk mencari peruntungan dengan bekerja di toko kue . Namun dia tak betah dan kembali ke Kota Kupang.
Baca juga: Oma Lin Menginspirasi Warga Mbay Bertanam Jagung
Perempuan asal Pulau Rote ini memiliki keterampilan membuat kue secara otodidak. Keterampilannya bertambah setelah bekerja di toko kue di Surabaya. Dia kemudian fokus ke bisnis membuat kue pada tahun 1980.
Oma Bulan merupakan pedagang kue pertama di jalan W.J.Lalamentik Kelurahan Oebobo Kota Kupang. Toko kuenya diberi nama Aneka Kue Kering dan Kue Basah Oma Bulan.
“Dulu saya sendiri jual di depan jalan sini. Itu yang ke sekarang banyak-banyak itu belum ada. Saya yang pertama jualan disini dulu pake rak kayu. Saya jual bungkusnya masih pake plastik, pake mika, dan sampai pake toples ke sekarang ini,” kata Oma Bulan terseyum.
Oma Bulan mengungkapkan bahan untuk membuat kue berkualitas baik. Hal itulah yang membuat produk kue miliknya banyak diminati bahkan sudah memiliki pelanggan setia.
“Bahan-bahan terbaik yang kami pilih. Contohnya mentega dan bahan lain, itu yang kualitasnya bagus. Dari dulu sampai sekarang juga begitu. Itu kenapa saya punya pelanggan yang sudah tau saya punya kue dari dulu itu mereka akan tetap pesan di saya,” tutur Oma Bulan.
Baca juga: BRI Akan Salurkan Dana Kompensasi, Maurice Balckburn Harus Tanggapi Somasi
Sejak membuka bisnis kue, Oma Bulan sepenuhnya mengandalkan modal sendiri. Dia bekerja dengan dibantu anak-anak dan cucu-cucunya. Bahkan keterampilan yang Oma Bulan miliki telah dteruskan ke anak-anaknya. Mereka mengikuti jejak Oma Bulan berjualan kue kering dan basah.
Alhasil, Oma Bulan irit biaya karena semua dikerjakan bersama anggota keluarga. Kue-kue tersebut juga dijual bersama-sama.
“Jadi kalo jual begini sonde (tidak) pake karyawan dari luar lagi, karena ini anak cucu cece semua. Tempat jual juga kita sama-sama pake, kue yang masing-masing sudah buat di rumah kita jual disini sama-sama,” ujar Oma Bulan.
Oma Bulan mengatakan keuntungan dari bisnis kue di masa dulu dan sekarang berbeda jauh. Omset yang da dapatkan tiap bulan bisa mencapai belasan juta rupiah di masa tahun 1980-an. Omset ini termasuk besar di masa itu.
Baca juga: Kerja Sama Peternakan dengan Timor Leste, NTT Terapkan Zero Risk
Saat ini selain disebabkan faktor usia yang menua, produksi kuenya tidak sebanyak dulu. Sehingga keuntungan dari penjualan kue tak lagi sebesar dulu.
“Satu bulan bisa tiga juta lebih di tangan,” kata Oma Bulan.
Hanya saja di Natal atau Lebaran, keuntungan dari penjualan kue tentu lebih besar dibandingkan hari-hari biasa.
“ Hari raya kek sekarang ini bisa belasan sampai puluhan juta,” ujar Oma Bulan.
Tak melulu mengejar uang. Oma Bulan menuturkan biasanya toko kuenya tutup pada 24 Desember hingga 3 Januari. Dia dan keluarganya merayakan Natal dan Tahun Baru. Begitupuna, jika ada pesan untuk membuat kue basah, dia masih melayani.
“Tanggal 3 kami tutup untuk fokus dengan keluarga,” ujar Oma Bulan.
Jhoni Pah, menantu Oma Bulan menuturkan, bisnis kue mertuanya sempat terhenti karena pandemi Covid-19 pada 2020. Namun situasi tersebut tidak menyurutkan semangat Oma Bulan untuk mencari peruntungan bisnis. Kemampuan menjahit yang dia milki menjadi sumber pendapatan. Oma Bulan mendapat pesanan membuat masker . Sehingga bisnis jahit masker ini membuat dapur kembali ngebul.
Baca juga: Pemadaman Kebakaran TPA Alak Telan Anggaran Ratusan Juta
“ Waktu Covid itu Oma buka pesanan masker. Termasuk saya sendiri juga bisa menjahit. Waktu itu kami juga buka pesanan masker. Oma produksi sampe 10 ribu masker dan banyak pesanan karena kebutuhan waktu itu,” ungkap Jhoni.
Selama 43 tahun menjalankan usaha pembuatan hingga penjualan kue, Oma Bulan belum pernah mendapatkan bantuan modal usaha dari pemerintah. Dia berharap pemerintah memberikan perhatian pada usaha seperti dirinya. Sebab, kendala modal terkadang membuat usahanya tidak dapat berkembang cepat.
“ Jadi kalo pemerintah mau perhatikan untuk bantuan modal pun kami siap kembangkan,” pungkas Oma Bulan. (Ayunda)
Oma Bulan 43 Tahun Jual Kue di Kupang Andalkan Modal Sendiri - Katong NTT
Read More
No comments:
Post a Comment