Jakarta, IDN Times - Menjalankan bisnis kue Lebaran bukan hal baru bagi Octaviani. Ibu muda asal Madiun, Jawa Timur ini, sudah melihat peluang itu sejak 2016. Berbekal permintaan pasar yang menjanjikan di setiap Ramadan, Octaviani pun memanfaatkan keahliannya membuat kue-kue khas camilan Lebaran.
Namun, bisnis kue Lebaran bukan tanpa kendala. Di saat mendekati hari raya Idul Fitri, pesanan yang ia terima sangat membeludak. Octaviani pun kewalahan. Makin lama, saingan pun berdatangan. Pada satu Ramadan, ia pernah sama sekali tidak mendapat pesanan.
Bagaimana jatuh bangun Octaviani hingga bisa bertahan menjalankan bisnisnya?
Baca Juga: Begini Aturan Operasional Bisnis Kuliner Saat Ramadan di Tangsel
1. Octaviani sempat menjajal bisnis tanaman hias saat suami di-PHK
Bukan hanya pasang surut permintaan terhadap kue-kue Lebarannya, Octaviani pun harus menghadapi kendala besar berikutnya. Pandemik COVID-19 datang tak lama menjelang Lebaran. Bukan hanya bisnisnya yang mengalami kendala, sang suami pun terkena PHK di tempatnya bekerja.
"Saya pun sempat mencoba bisnis kecil lainnya di bidang tanaman hias," kata Octaviani dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Minggu (11/4/2021).
Jenis usaha ini dicobanya karena selama pandemik, minat orang terhadap tanaman hias melonjak. Dengan naluri bisnis yang tinggi, Octaviani berusaha mengembangkan jenis usaha barunya. Tapi ternyata itu saja tidak cukup.
2. Octaviani mengikuti pelatihan online untuk mendongkrak penjualan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Melihat berbagai kendala yang masih dialami, Octaviani berpikir untuk mengikuti pelatihan online tentang dunia digital. Ia ingin menambah pengetahuan tentang pemasaran di dunia digital serta cara bertahan pada masa pandemik di tengah kemajuan teknologi.
Pada November 2020, Octaviani dan suami mengikuti pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo RI yang bekerja sama dengan Google Indonesia. Mereka ingin produk parsel, kue kering, dan tanaman hias yang dijualnya banyak diminati pembeli.
Pada saat pelatihan, ia mempelajari bagaimana berjualan online yang baik melalui beriklan melalui media digital, membuat website, dan Google Bisnisku.
“Saya baru tahu Google menyediakan suatu aplikasi gratis yang dapat membantu kami sebagai UKM untuk go-digital. Bagi saya, aplikasi Google Bisnisku merupakan sesuatu yang luar biasa," kata dia.
Baca Juga: Dari Kaki Lima hingga Mancanegara, Ini Kisah Sukses Kebab Baba Rafi
3. Bisnis Octaviani bangkit dengan memanfaatkan software penjualan
Kini, bisnis grosir kue lebaran dan parcel Octaviani sudah berjalan selama lima tahun. Bahkan di luar Ramadan, dia pun bisa mendapatkan pesanan. Jelang Ramadan tahun ini, Octaviani sudah panen pesanan.
Saat penjualan tertinggi, ia bisa menjual 70 pax parsel, 50 karton kue kaleng, dan 100 toples kue kering. Untuk mempersiapkan pesanan yang membludak ini, Octaviani memanfaatkan software penjualan untuk mempermudah rekap dan mutasi order.
Untuk membuat usahanya bisa terus berkembang lebih baik lagi, Octaviani tengah menekuni cara membuat website untuk bisnis. Melalui belajar digital marketing, Octaviani bisa membantu keluarga untuk bisa tetap bertahan hidup. Harapan ke depannya Octaviani ingin terus berinovasi dengan produk yang ia jual dan memaksimalkan pemanfaatan digital.
"Saya sangat terkejut mengetahui bahwa saya selama ini tidak pernah menggunakan aplikasi yang dapat membantu perkembangan usaha saya. Dan yang paling mengagumkan adalah aplikasi ini gratis, selain itu saya juga memanfaatkan blog untuk lebih memperkenalkan usaha saya," sambungnya.
Baca Juga: Cerita Cece, Tiga Dekade Jalani Bisnis Kue Bakul di Medan
Manfaatkan Ramadan, Begini Trik Jalankan Bisnis Kue Lebaran - IDNTimes.com
Read More
No comments:
Post a Comment