"Kue rangi, kue jadul," nyanyian dari speaker Farid Chandra 'berteriak nyaring,' memanggil pembeli dan mengalahkan teriakan anak-anak yang tengah bermain.
Setiap hari, Farid berkeliling area Pondok Gede, Bekasi untuk berjualan kue rangi. Sesekali anak-anak kecil yang kelaparan memanggilnya dan menanti dengan sabar penuh harap sampai kuenya matang. Dengan sigap dia mengaduk campuran parutan kelapa dengan sagu lalu memasukkannya ke dalam cetakan. Tapi ada kalanya juga, anak-anak itu tak tertarik membeli dagangannya.
Kue rangi merupakan kue khas Betawi yang legendaris. Kue rangi, atau juga disebut sagu rangi yang disajikan dengan tambahan gula merah kental. Mungkin tak banyak orang yang tahu soal kue ini, atau bahkan mungkin sulit membedakannya dengan kue lainnya seperti kue pancong atau bandros.
Beberapa ada juga yang menyebutnya sebagai wafel kelapanya orang Jakarta
Ya, makanan khas Betawi bukan cuma kerak telor, nasi uduk, pecak gurame, sayur babanci, tapi juga kue rangi.
"Kue rangi itu singkatan dari digarang wangi. Ini kue asli Betawi," kata Farid kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Menggarang, kata Farid merujuk pada proses memasak tanpa minyak dan menggunakan bara api dari kayu. Setelah memasukkan ke dalam cetakan besi yang mirip cetakan pancong atau bandros.
"Kue ini terbuat dari campuran parutan kelapa kering dengan sagu aren. Sagunya bukan sagu tepung biasa, tapi harus sagu aren."
"Kalau pakai sagu biasa enggak bisa karena jadi kenyal dan enggak enak dimakan."
Adonan yang digarang ini merupakan bahan kering. Ucapnya, dia tak perlu menambahkan air ke dalam adonan, paling hanya tambah sedikit garam untuk menghasilkan rasa yang gurih.
Ketika digarang, parutan kelapa bakal mengeluarkan sedikit santan kental dan minyak yang bakal melarutkan sagu aren sehingga merekatkan semua bagian jadi satu.
Digarang kayu
BACA HALAMAN BERIKUTNYAKue Rangi, Si Manis Asli Betawi Yang Makin Terlupakan - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment