Rechercher dans ce blog

Saturday, August 14, 2021

Mencicipi Kembang Waru, Kue Jadul Kotagede Favorit Kerajaan Mataram | merdeka.com - Merdeka.com

Merdeka.com - Dari rumah sederhana yang terletak di Kampung Bumen, Kotagede Yogyakarta harum aroma kue tercium. Aroma harum kue yang manis ini membuat perut ingin segera mencoba kue ini. Tak sembarang kue, Kembang Waru merupakan makanan khas Kotagede yang legendaris.

Jajanan tradisional ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam. Kala itu, kue berwarna cokelat ini menjadi primadona. Makanan mewah yang disajikan untuk para raja dan menjadi favorit keluarga kerajaan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman jajanan ini dapat di nikmati masyarakat biasa. Kembang Waru sampai saat ini dapat di jumpai di Pasar Kotagede. Dinamakan kembang waru karena dulu para sahabat keraton membuat kue ini di daerah Kotagede yang banyak terdapat pohon waru.

kembang waru

©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso

Dulu bak primadona, kini kepopulerannya mulai memudar. Terganti dengan jajanan berkemasan yang lebih modern dan kekinian. Pembuat Kembang Waru pun banyak yang gulung tikar. Tinggal beberapa orang yang bertahan membuat Kembang Waru.

Salah satunya Pak Basis Hargito. Dari rumah pria lanjut usia ini, sejumlah kilogram adonan berwarna putih tertuang di cetakan. Siap dipanggang di perapian tradisional, menghasilkan jajanan Kembang Waru yang melegenda.

kembang waru

©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso

Kue basah ini terbuat dari telur ayam, tepung terigu, gula pasir, soda vanili, dan susu. Cara membuatnya pun cukup sederhana, cukup mencampurkan bahan-bahan tersebut kemudian di panggang hingga berwarna kuning kecokelatan.Setidaknya butuh waktu 1-2 jam untuk membuat Kembang Waru.

Dalam proses pembuatannya menggunakan alat tradisional. Semuanya mengandalkan kekuatan tangan dan tanpa tersentuh mesin. Alat pemanggang kue masih tradisional. Dengan arang bara api yang menyala di atas dan di bawah perapian. Nantinya, adonan kue dipanggang pada tengah perapian.

kembang waru

©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso

Tanpa pemanis buatan, Kembang Waru ini terasa lembut memanjakan lidah. Pinggir kelopak renyah. Aromanya harum. Hmmm, benar-benar nikmat.

Makanan tradisional ini seringkali tersedia di acara hajatan seperti pernikahan, selapanan, dan lain sebagainya. Diketahui Pak Bas sudah memproduksi Kembang Waru sejak 1983. Ia menjual Kembang Waru seharga Rp 1.000 ribu.

Sebenarnya, beberapa daerah juga ada yang memproduksi Kembang Waru, namun rasa Kembang Waru Kotagede punya khasnya sendiri. Rasa Kembang Waru khas Kotagede diklaim lebih empuk karena mengocok adonan mengandalkan kekuatan tangan.

kembang waru

©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso

Tak banyak yang tahu, makanan khas Kotagede ini syarat dengan makna filosofi. Kembang waru, kembang dengan 8 kelopak ini punya melambangkan 8 jalan utama Hasto broto. Diibaratkan 8 elemen penting yaitu matahari, bulan, bintang, mega (awan), tirta (air), kismo (tanah), samudra, dan maruto (angin).

Oleh karena itu siapa yang makan kembang waru harus bisa menjiwai dan mengamalkan 8 delapan jalan utama. Mengingat bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa 8 elemen tadi.

Dulu menjadi primadona, kini kue kembang waru tak lagi banyak dijual di pasar tradisional. Bukan hanya karena sepi peminat, tetapi pembuat makanan khas Yogyakarta ini juga kian berkurang. [Tys]

Adblock test (Why?)


Mencicipi Kembang Waru, Kue Jadul Kotagede Favorit Kerajaan Mataram | merdeka.com - Merdeka.com
Read More

No comments:

Post a Comment

10 Makanan Khas yang Wajib Ada Saat Imlek - detikJatim

Daftar Isi Surabaya - Saat Imlek tiba, meja makan dipenuhi dengan beragam hidangan yang melambangkan harapan dan keberuntungan untuk tah...