"Kami melibatkan semua siswa jurusan kuliner mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 untuk project kue kering lebaran ini," kata Ketua Program Keahlian Kuliner SMKN 6 Yogyakarta, Yuli Unggul Saptariwati, dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 26 April 2023.
Siswa menjadi bagian dari pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL). Yuli menuturkan sebagai salah satu sekolah yang memiliki program keahlian Kuliner, SMKN 6 Yogyakarta terbiasa mengerjakan pesanan kue-kue kering saat Lebaran.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, produksi kue kering untuk Lebaran tahun ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan dengan Lebaran-Lebaran sebelumnya.
"Sebenarnya tidak hanya Lebaran saja, akan tetapi sejak kami menjadi SMK Pusat Keunggulan karena peralatan dan fasilitas bertambah otomatis ada peningkatan produksi yang signifikan," kata Yuli.
Yuli mengatakan saking banyaknya order, sekolah terpaksa harus menolak pesanan yang masuk di luar tanggal pemesan yang sudah ditetapkan. "Jadi, kami batasi orderan. Kalau tidak kami bisa jadi tidak Lebaran malah," kata Yuli.
Ada beragam jenis kue kering yang disediakan siswa, seperti nastar, kastengel, putri salju, semprit, sagu keju, dan sebagainya. Semua kue-kue tersebut dibuat dan dipasarkan oleh siswa sendiri.
"Jadi, setiap kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, misalnya kelompok satu mengerjakan nastar bentuk biasa, kelompok lainya mengerjakan nastar model lain, dan seterusnya," kata Yuli.
Melalui project kue kering lebaran ini, siswa juga diajarkan berjualan. Siswa memasarkan kue-kue kering tersebut.
"Jadi, siswa yang belajar mencari pemesan, kemudian membuatnya, dan mengantarkan kepada pelanggannya langsung," kata Yuli.
Dia menyebut siswa benar-benar mengerjakan kue-kue kering tersebut sebagai project pesanan langsung dari masyarakat sebagai pemesan produk mereka. Sementara itu, guru berperan sebagai pembimbing atau pendamping bagi siswa selama menerima pesanan dan pembuatan kue-kue kering tersebut.
Yuli mengatakan siswa kelas 10 dan 11 mengerjakan semua pesanan kue di sekolah. Sementara itu, siswa kelas 12 yang sudah tidak terlalu aktif di sekolah karena pembelajaran mereka telah selesai memanfaatkan milik sekolah.
"Untuk siswa kelas 12 rata-rata sudah mandiri. Jadi ketika mereka menerima pesanan kemudian karena alat mereka terbatas, maka mereka kerja sama dengan sekolah misalnya meminjam oven sekolah," ujar Yuli.
Yuli menyebut hingga Idulfitri kurang lebih siswa sudah menjual puluhan bahkan ratusan kue kering dengan omzet kurang lebih mencapai Rp100 juta. "Laporan sementara dari siswa kelas 10 saja sekitar Rp20 jutaan kemudian kelas 11 itu sekitar Rp60-an juta," kata Yuli.
Sementara itu, koordinator siswa untuk proyek kue kering Lebaran, Salsabila Nova Faramadina, mengaku mendapatkan pengalaman sangat berharga pada keterlibatanya di pembuatan kue kering untuk Lebaran.
“Tugas saya untuk mengkoordinir teman-teman, termasuk membantu teman-teman, misalnya dalam membaca resep untuk kue-kue kering yang akan dibuat,” kata Salsabila yang saat ini duduk ke kelas XI, Jurusan Kuliner.
Salsabila juga sama seperti siswa lainnya ikut membantu menawarkan kue-kue kering kepada masyarakat.
“Proyek kue kering ini tidak hanya membuat kami lebih terampil dalam membuat kue kering untuk Lebaran tetapi juga membantu kami untuk memasarkan produk yang sudah kami buat,” ujar Salsabila.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Ketiban Rezeki Kue Kering Lebaran Buatan Siswa SMKN 6 Yogyakarta Dapat Omzet Rp100 juta - Medcom.Id
Read More
No comments:
Post a Comment