DIPLOMASI REPUBLIKA,-- Kue geplak merupakan salah satu kue atau jajanan pasar dari wilayah Betawi Pinggir. Sekarang geplak sudah jarang ditemukan.
Di Yogyakarta, ada pula kue bernama 'geplak'. Namun, geplak ini berbeda.
Kue khas Betawi, Geplak, dinamakan demikian karena sesuai dengan suara yang dihasilkan saat pembuatannya, yang dipadatkan dan dikeplak-keplak. Namun, ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa kata 'geplak' adalah kata arkais (kuno) dalam bahasa Betawi yang berarti 'keras'.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Berasal dari hasil kreativitas dan pengetahuan leluhur masyarakat Betawi yang memanfaatkan bahan baku yang tersedia di wilayahnya, terutama tepung beras yang dicampur. Kue yang memiliki warna dominan putih kecoklatan ini bahan utamanya, beras pera selain kelapa dan gula.
Tidak diketahui secara pasti awal keberadaannya. Namun, Buku Kajian Warisan Budaya Takbenda Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023 menuliskan bahwa kue geplak sudah ada sejak tahun 1900-an.
Di balik bahan dan prosesnya, tersimpan lambang budaya. Seperti tepung beras yang disangrai kemudian kelapa parut yang juga disangrai, disatukan dengan larutan gula. Adonan yang tadinya berserakan lalu dirapatkan kembali, hal ini melambangkan penyambung silaturahim dan kebersamaan di antara masyarakat Betawi.
Kue geplak memiliki peran dalam upacara penting, antara lain lamaran, pernikahan, dan Idul Fitri. Biasanya kue geplak bersama kue lainnya, seperti kue wajik dan dodol Betawi menjadi bagian dari hantaran. Kue ini juga tersedia pada momen, seperti saat menyambut tamu ataupun keluarga dan saat arisan.
Rasanya manis dan pas sebagai camilan untuk menemani saat minum kopi atau teh. Dalam penyajiannya, kue geplak dibiarkan utuh dan belum terpotong-potong kecil-kecil. Terkadang, orang memotong kue ini tidak pas ukurannya sehingga bentuknya tidak seragam. (rin)
Kue Geplak Betawi, Kue Khas Hajatan | diplomasi - Republika Online
Read More
No comments:
Post a Comment